Pertama-tama, kita perlu menekankan bahwa mahasiswa baru yang dimaksdu adalah mahasiswa sekarang. Di zaman yang kompleks dan modern hari ini, pola idealisme mahasiswa sebagai agen of change kurang begitu nampak mengingat titik fokus kenyamanan dan berpikir pada dunia kapital. Sementara kontekstual idealisme dan kemanusiaan tidak banyak diainggung, khususnya dalam menatap kemungkinan di masa mendatang.
Jika demikian, kasarnya, mahasiswa tidak peka dan tidak kritis terhadap keadaan. Keadaan sosial, budaya, ekonomi, politik dan kebangsaan. Bahkan keagamaan. Agama sudah diyakini sebagai takdir yang mengacu pada Qur'an dan hadits. Sehingga mudah sekali mengecap sebagai kebenaran. Benar dan salah. Benar surga, salah neraka. Hingga problematika kekafiran, kafir mengkafirkan.
Begitu juga dengan politik. Ketika politik hanya digunakan sebagai ajang kekuasaan, mahasiswa kurang mencari jalan untuk menuangkan kritik. Apalagi dengan banyaknya media, mahasiswa mulai pasrah akan keadaan. Tak mau berkomentar, apalagi bergerak. Ini adalah persoalan. Karena sejatinya dunia ini adalah masalah, bukan syurga yang serba nyaman dan seimbang. Kita perlu melihat banyak hal untuk dijadikan sudut pandang dan pertimbangan.
Jika mahasiswa hanya kuliah di kelas, anak SMA juga kuliah di kelas. Dan itu sangat pasif sekali. Karena mahasiswa sejatinya dituntut untuk aktif. Baik di luar maupun dalam kampus. Mahasiswa tidak seharusnya lagi berbicara masalah nilai dan IPK. Mahasiswa sudah berbicara berbagai masalah. Cobalah kita bandingkan. Mana lebih nyaman, kuliah tanpa syarat nilai angka atau tanpa nilai angka? Pasti lebih nyaman tanpa nilai angka. Melainkan nilai berpikir dan berperilaku.
Maka dari itu, penting bagi kita memikirkan masa depan kita sbagai mahasiswa, dan perannya terhadap perubahan bangsa menuju lebih baik.
0 Response to "Phenom Mahasiswa Baru"
Post a Comment